Langsung ke konten utama

Geng atau Gank apalah ???



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pertemanan dengan teman-teman sebaya dalam masa remaja menjadi hal atau pengaruh yang mendominasi dalam proses identifikasi dan pengembangan dirinya dibandingkan lingkungan keluarga. Pertemanan dimulai dengan satu, dua orang dan lambat laun jumlahnya akan semakin bertambah dan memungkinkan terbentuklah suatu kelompok sosial remaja (geng) yang dasarnya dilandasi oleh persamaan hobi, gagasan, gaya hidup dan sebagainya. Di dalam kelompok sosial ini remaja memiliki kesempatan mengaktualisasikan dirinya secara optimal, berbeda jika berada dengan orang-orang dewasa yang selalu membatasi, mengkritik dan menyalahkan dirinya dalam bersikap dan berbuat.
Kelompok Sosial ini terbentuk di berbagai lingkungan sekolah tingkat lanjutan seperti sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan di perguruan tinggi. Pada mulanya  kelompok sosial geng merupakan sebuah komunitas tetapi tidak jarang menjadi sebuah kegiatan yang negatif. Terlebih lagi Sekolah Menengah Tingkat Atas yang muridnya merupakan remaja yang secara psikologi kemampuan berpikir mereka sedang berkembang, memperluas pergaulan sesama siswa dan berpaling kepada teman sebaya yang lebih mengerti kondisi emosi kita. sehingga tidak menerima lagi masukan orang tua secara mentah-mentah .dan sekolah merupakan tempat kedua mereka setelah dirumah karena sebagian waktu mereka dalam sehari mereka habiskan di sekolah. jadi sangat memungkinkan sekolah menjadi sarana untuk hal tersebut.
Pemberitaan mengenai kekerasan di lingkup pelajar seperti tawuran antar sekolah maupun antar siswa dalam sebuah lingkungan pendidikan menjadi  hal yang memprihatinkan dalam dunia pendidikan. Di Yogyakarta yang memiliki sebutan sebagai kota pelajar seakan-akan itu hanya sebuah nama. Pelajar di Yogyakarta seharusnya memiliki jiwa terpelajar yang mapu membawa dirinya dalam hal potensi akademik. Akan tetapi, kompetisi hal akademik itu menjadi pudar tertutup oleh kompetisi dalam hal kekuatan otot atau kekerasan yang ditonjolkan. Betapa tidak masih ada saja tawuran antar geng sekolah maupun antar fakultas dalam sebuah perguruan tinggi.
Berdasarkan uraian di atas kami mengambil judul dalam makalah ini  kelompok sosial lingkungan sekolah (geng) dan tawuran bukan simbol pelajar Kota Yogyakarta.
  1. Rumusan Masalah
Untuk membahas masalah mengenai kelompok sosial lingkungan sekolah (geng) dan tawuran bukan symbol pelajar Kota Yogyakarta maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Apakah yang dimaksud dengan kelompok sosial?
  2. Apakah yang dimaksud dengan geng?
  3. Apa saja faktor-faktor munculnya geng di sekolah?
  4. Mengapa sering terjadi tawuran antar geng di sekolah?
  5. Bagaimana cara menghilangkan geng kekerasan di sekolah?

  1. Tujuan
            Makalah mengenai kelompok sosial lingkungan sekolah (geng) dan tawuran bukan simbol pelajar Kota Yogyakarta  memiliki beberapa tujuan, antara lain :
  1. Dari segi ilmu dapat memahami dan mengetahui makna kelompok sosial.
  2. Mengetahui tentang kelompok sosial khususnya geng dalam lingkungan pendidikan.
  3. Mengetahui penyebab adanya geng di dalam lingkungan sekolah.
  4. Mengetahui kegiatan geng secara mendalam.
  5. Memberikan pengetahuan tentang gambaran mengurangi kegiatan negatif geng.

  1. Manfaat
            Penyusunan makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi kami penulis dan pembaca. Semoga dari makalah ini dicapai manfaat sebagai berikut :
  1. Menambah pengetahuan mengenai kelompok sosial
  2. Memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai efek positif dan negatif sebuah geng.
  3. Dalam bidang pendidikan diharapakan dapat membantu sebagai bahan tambahan pelajaran.
           





















BAB II
PEMBAHASAN

  1. Kelompok Sosial
            Kecenderungan manusia untuk berkumpul mengelompok (gregariousness) itu bukan sekedar naluri. Kecenderunganitu juga disebabkan oleh kesadaran manusia akan  kepentingan bersama. Pergaulan antar manusia merupakan kebutuhan. Kebutuhan untuk memudahkan hidup menyadarkan untuk menyatu denga kelompok individu lain. Maka timbulah social group. Pengertian kelompok sosial yang pertama adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama. Tentunya perlu dipertajam lebih lanjut mengenai pengertian ini karena interaksi saja tidak cukup, karena dua orang saja sudah dapat membentuk kelompok. Pengertian interaksi di sini haruslah diartikan sebagai interaksi tatap muka, di mana mereka terlibat dalam ruang dan waktu. Dari sinilah muncul pengertian kedua, yaitu sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma; tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peranan (role) masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain.
            Manusia dalam kelompok sering bersepakat untuk bekerjasama melakukan pekerjaan bersama, memecahkan masalah bersama, dan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Hal ini sering menuntut kompromi atas keinginan pribadi untuk kepentingan kelompok.
Disebut kelompok sosial apabila :
  1. Kesedaran setiap anggota bahwa ia merupakan bagian dari  kelompok orang yang bersangkutan.
  2. Ada interaksi di antara sesama anggota kelompok satu sama lain.
  3. Ada sesuatu yang dimiliki bersama
  4. Berstruktur kaidah memiliki pola prilaku
  5. Bersistem dan berproses

Dari beberapa uraian di atas dapat di simpulkan kelompok sosial (social group) merupakan suatu himpunan atau suatu kesatuan-kesatuan manusia manusia yang hidup bersama, yang disebabkan oleh adanya hubungan antara mereka yang menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling tolong menolong serta rasa saling memiliki.

  1. Kelompok Sosial Geng

Kelompok sosial memiliki beberapa contoh diantaranya adalah klik (clique) yaitu sebuah kelompok kecil dalam ilmu sosial. Klik merupakan bagian dari klasifikasi kelompok sosial informal. Kelompok sosial informal yaitu kelompok yang tidak berstruktur formal maupun organisasional timbul akibat respon dari kebutuhan sosial. Misalnya, beberapa pelajar yang bersahabat tiap hari berkumpul belajar dan melakukan aktivitas bersama ketika istirahat dan menjadi sebuah kelompok kecil. Selanjutnya mungkin kelompok belajar tersebut berkembang lebih luas karena bersatu dengan kelompok sahabat-sahabat yang lainnya. Perkembangan lebih luas itu antara lain disebabkan karena ruang lingkup pergaulannya, baik d sekolah maupun di luar sekolah. Kelompok klik ini secara ideal memiliki peranan yang penting dalam peningkatan motivasi belajar dan keberhasilan studi serta pengembangan kepribadian.
Menurut Soerjono Sukamto peranan positif klik terhadap remaja adalah sebagai berikut :
  1. Rasa aman karena dianggap penting dalam keanggotaan, danpenting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
  2. Dapat menyalurkan rasa khawatir, rasa kecewa, rasa gembira bersama teman-teman klik dan mendapatkan tanggapan.
  3. Klik memungkinkan mengembangkan sifat-sifat ketrampilan bersosialisasi sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
  4. Klik mempunyai pola prilaku kaidah-kaidah yang mendorong remaja menuju kedewasaan.
  5. Rasa aman yang ditimbulkan karena kebersamaan anggota klik menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri.
Namun di balik peranan positif itu juga terdapat hal negatif. Hal negatif inilah yang seharusnya menjadi peran dan tugas para orang tua, guru, maupun pihak yang bertanggungjawab untuk memberikan pencegahan. Hal-hal negatif itu antara lain sebagai berikut :
  1. Menimbulkan sikap diskriminatif bagi yang bukan anggota klik sehingga muncul sikap kurang adil.
  2. Mendorong terjadinya sikap individualisme karena kepatuhan hanya bersikap pribadi.
  3. Kadang muncul rasa iri hati dari mereka anggota klik yang kurang mampu terhadap yang berasal dari keluarga yang berada.
  4. Kesetiaan terhadap klik kadang membuat mereka menentang terhadap orang tua, saudara, dan kerabatnya.
  5. Klik kelompok yang tertutup dan sulit sekali di tembus sehingga penilaian sulit dilakukan oleh pihak luar.
  6. Klik mendorong anggota-anggotanya untuk menyerasikan diri dengan pola dan latar belakang yang sama, sehingga sulit mengadakan penyesuaian terhadap pihak yang berbeda latar belakangnya.
Kalau seorang remaja menjadi sebuah anggota klik tertentu sebaiknya orang tua mempertimbangkan secara mantap dahulu sebelum memberikan sebuah keputusan. Karena jika klik tersebuta kurang baik maka akan berkembang menjadi sebuah “geng”.
Geng merupakan salah satu dari kelompok sosial yang dapat tercipta dalam lingkungan sekolah hal ini dapat terjadi disebabkan karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup sendiri di dunia. Terlebih lagi Sekolah Menengah Tingkat Atas yang muridnya merupakan remaja yang secara psikologi kemampuan berpikir mereka sedang berkembang, memperluas pergaulan sesama siswa dan berpaling kepada teman sebaya yang lebih mengerti kondisi emosi kita. sehingga tidak menerima lagi masukan orang tua secara mentah-mentah .dan sekolah merupakan tempat kedua mereka setelah dirumah karena sebagian waktu mereka dalam sehari mereka habiskan di sekolah. jadi sangat memungkinkan sekolah menjadi sarana untuk hal tersebut.
Subkultur geng anak muda, kata kriminolog Cloward dan Ohlin, akan tumbuh subur tergantung pada tipe atau cara pertentangan di mana mereka tinggal. Ada tiga tipe geng, pertama, geng pencurian (thief gangs), mereka berkelompok melakukan pencurian yang mula-mula hanya untuk menguji keberanian anggota kelompok. Kedua, geng konflik (conflict-gangs) kelompok ini suka sekali mengekpresikan dirinya melalui perkelahian berkelompok supaya tampak gagah dan pemberani. Ketiga, geng pengasingan (retreats gangs), kelompok geng ini sengaja mengasingkan dirinya dengan kegiatan minum minuman keras, atau napza yang kerap dianggap sebagai suatu cara ”pelarian” dari alam nyata. Tetapi bisa saja sebuah geng memiliki lebih dari satu macam tipe. Dalam geng acapkali tumbuh subkultur kekerasan (subculture of violence). Munculnya subkultur itu disebabkan oleh adanya sekelompok orang yang memiliki sistem nilai yang berbeda dengan kultur dominan Hal ini diperparah oleh adanya perubahan yang cepat (reformasi) dalam masyarakat. Perubahan pada struktur sosial memperlemah nilai-nilai tradisional yang berasosiasi dengan penundaan kepuasan, belum lagi peningkatan jumlah anak muda dari kelas menengah yang tidak lagi memiliki keyakinan bahwa cara untuk mencapai tujuan mereka adalah melalui kerja keras dan menunda kesenangan. Mereka terlibat dalam delinquent gang, hate gang, atau satanic gang (pemuja setan) yang berkembang di kalangan anak muda kelas menengah di AmerikaSerikat. Di Indonesia keberadaan geng ini tidak sama dengan di AS, karena perbedaan kultur. Meskipun demikian, secara umum ada karakteristik yang sama untuk remaja di seluruh dunia. Mereka energik dan dinamis, senang mencoba hal baru yang penuh tantangan dan memiliki keingintahuan yang besar serta sangat terfokus pada diri sendiri.
  1. Penyebab Munculnya Geng Sekolah
            Teori Pembentukan Kelompok yang lebih Komprehensif adalah suatu teori yang berasala dari George Homans. Teorinya berdasarkan aktifitas–aktifitas, Interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga Elemen ini satu sama lain berhubungan secara langsung. maksudnya semakin tinggi aktifitas-aktivitas seseorang, Interaksi seseorang maka semakin tinggi pula sentimen yang ditularkan (shared) kepada orang lain sehingga pembetukan kelompok pun semakin cepat.
Salah satu teori yang agak menyeluruh (compherensive) penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb Teori ini menyatakan baahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain.
Sedangkan teori lain adalah didasarkan pada alasan-alasan praktis (Practicalities of group formation) contoh. seorang siswa mungkin mengelompok disebabkan karena alasan ekonomi, keamanan atau alasan- alasan sosial demikian seterusnya, alasan–alasan praktis ini membuat orang-orang dapat mengelompok dalam satu group. yang teramat penting dalam memahami pembentukan kelompok–kelompok itu cenderung memberikan kepuasan terhadap kebutuhan–kebutuhan sosial yang mendasar dari orang–orang yang mengelompok tersebut.
Teori-teori di atas merupakan beberapa gambaran mengenai pembentukan kelompok sosial dalam sebuah lingkungan khususnya lingkungan akademik ataupun sekolah. Jika kita hubungkan dengan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentang pembentukan kelompok geng pendapat itu bisa merupakan beberapa penyebab pendukung.
Namun selain hal tersebut diatas yang menjadi faktor penyebab munculnya geng pelajar di Yogyakarta dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Pengawasan kegiatan anak setelah kegiatan di sekolah yang masih kurang.
  2. Kurangnya kegiatan di luar akademik yang sesuai dengan bakat dan minat remaja.
  3. Peraturan yang kadang membuat siswa bosan dan memilih hal-hal yang menghindar dari peraturan tersebut.
  4. Munculnya orang-orang di luar lingkungan pendidikan yang mempengaruhi dengan memberikan pengetahuan-pengetahuan negatif sehingga terbentuk geng.
  5. Pencarian jati diri untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaan.

  1. Prilaku Geng
Kelompok geng pelajar khususnya yang marak di Yogyakarta akhir-akhir ini cenderung masuk ke dalam bentuk conflict gangs. Karena kejadian tawuran dan perkelahian hingga menimbulkan korban sering terjadi dengan bertemunya beberapa kelompok pelajar. Satu-satunya penanda keberadaan dan kolektivismenya, hanyalah logo atau inisial singkatan nama geng yang berceceran dimana-mana. pokoknya ditempat-tempat umum yang mudah dilihat orang. penyebaran ini dengan corat–coret dinding akan semakin baik bila semakin banyak dan bertujuan untuk Pertama, dikenal masyarakat, kedua merupakan simbol bahwa kekuatan (kekuasaan) mereka juga besar, ketiga sebagai kampanye menarik calon simpatisan namun biasanya pada tempat–tempat tertentu yang jelas bahwa yang jelas berada dalam kekuasaan geng tertentu, biasanya geng lain tak berani mengadal, posisi ketua akan intimidasi terrhadap geng yang lebih besar.
Dalam struktur sosial geng, posisi ketua tak ubahnya raja kecil. Selain jadi panutan, pelindung, juga menjadi motor penggertak aktivitas. Maka Ketua biasanya anak pilihan pemberani, cerdik, licik, disegani. Sebab kata dan tidakannya merupakan hukum dan tidakannya merupakan hukum serta undang-undang yang harus dipatuhi anak buahnya. dan biasanya kekuasaan tidak hanya berlanjut pada sisi itu saja tapi kepada hal materi baik secara periodik, maupun insidental, anggota geng wajib menyediakan "upeti" kepadanya. jadi hidup-matinya geng sebenarnya sangat ditentukan oleh tokoh- tokohnya.
Mulai dari pucuk pimpinan sampai ketua sampai ketua dalam lingkungan tertentu mereka pulalah yang paling banyak memperoleh manfaat nyata dari tradisi geng dilihat dari posisi pribadinya sebagai remaja, sembilan puluh persen aktivitas geng sama sekali tidak mencerminkan manfaat positif bagi pelakunya dan kegiatan–kegiatan geng dimana–mana sama yakni menjurus ke hal-hal yang bersifat destruktif. Sama sekali bukan kegiatan kepemudaan yang konstruktif.
  1. Mengurangi dan Menghilangkan Kegiatan Negatif Geng
            Hal-hal negatif akibat dari adanya geng sebenarnya tidak dapat langsung dihilangkan hanya dapat dikurangi secara perlahan. Karena karakteristik remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri jika di berikan hukuman akan berdampak buruk pada perkembangan. Pemberian hukuman atau labeling pada siswa yang telah melakuan kekerasan atau tawuran bukan solusi yang efektif. Pasalnya selain tidak menyelesaikan persoalan yang ada, pemberian hukuman atau labeling tersebut justru bisa memicu siswa untuk melakuan tindakan serupa.
            Untuk mengatasi persoalan itu selain memberikan fasilitas untuk menyalurkan bakat dan kreativitas siswa, sinergitas antara masyarakat, sekolah, dan orang tua mutlak diperlukan. Guru tidak boleh memberikan hukuman yang keras terhadap siswa yang melakuan kenakalan remaja. Sebab selain bisa menimbulkan dampak psikologis, anak yang pada awalnya ingin berubah, karena tidak diberi kesempatan justru menjadi semakin terjerumus. Persoalan itu semakin bertambah rumit karena orangtua, sekolah dan masyarakat tidak memiliki cara atau fasilitas yang mendukung, sementara remaja sekarang semakin kreatif.
            Kasus kenakalan remaja seperti tawuran bisa terjadi karena adanya rasa gengsi yang tinggi. Akibatnya untuk mempertahankan rasa gengsi tersebut tidak sedikit di antara mereka yang berbuat nekat termasuk melakukan tawuran.














BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Permasalahn geng dan tawuran di kalangan pelajar Yogyakarta mungkin masuk dalam permasalahan yang sudah lama namun tidak seperti yang terlihat akhir-akhir ini. Sebenarnya geng jika tidak melakukan hal negatif itu sah-sah saja, akan tetapi yang ada geng rata-rata tetap negatif yang ditonjolkan.
  1. Saran
            Seharusnya ada pola-pola pembinaan, sehingga anak bisa menyalurkan kreativitas atau kelebihan energi yang dimiliki ke hal-hal positif. Saya optimis selama sekolah bisa mewujudkan hal tersebut terjadinya tawuran bisa dikurangi.













DAFTAR PUSTAKA


Suradisastra D, dkk. Pendidikan IPS 1. Departemen pendidikan dan kebudayaan dirjen pendidikan tinggi proyekpembinaan tenaga kependidikan. Jakarta. 1993
Belen S, dkk. Materi Pokok Pendidikan IPS 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Jakarta. 1991
Waluya Bagja. Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. PT Grafindo Media Pratama
Drs.Yustinus Semiun, OFM. Kesehatan Mental 1. Kanisius

Sumber internet :



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngelmu dan Ilmu

Ngelmu dan ilmu dalam sudut pandang masyarakat jawa memiliki perbedaan yang mendasar. Walaupun dalam keseharian kita memahami keduanya menujuk pada makna yang sama. Ngelmu terkadang dipandang sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu. Barangkali belum banyak yang memahami mengenai istilah ngelmu atau malah salah paham dengan istilah tersebut. Beberapa pendapat ahli juga menyatakan ngelmu adalah hasil gubahan pengaruh Bahasa Arab yang sama bermakna ilmu karena di Jawa sebelumnya menggunakan istilah kawruh . Hal ini berkaitan dengan tata bahasa jawa baru tetapi ngelmu dan ilmu akan saya coba kupas denga sudut pandang jawa yang lain. Sekitar satu tahun yang lalu teman kuliah sekaligus rekan diskusi saya pernah bercerita hal yang tidak biasa. Namanya Sarwono. Semenjak saya mengenalnya memang orang yang nuwani dalam bertutur dan bertingkah laku. Suatu malam saat kami ngopi bersama sambil diskusi ia menanyakan tentang permasalahan pendidikan yang

Nasihat Pendidikan Orang Jawa

    Sekarang ini teori-teori pendidikan dapat dengan mudah kita cari. Media cetak tidak terbatas bahkan jika berbicara media elekronik dengan pointer, sentuhan jari, dan isyarat kata saja puluhan bahkan ribuan susunan kalimat dari para ahli dapat kita baca. Sebut saja Ki Hadjar Dewantara, putera bangsa perintis pendidikan Indonesia dengan teori trikon (kontinyu, konvergen, konsentris) yang sangat visioner. Nama-nama pencentus pendidikan revolusioner seperti John Dewey, Freire, Michael Fullan yang notabene bukan orang pribumi tetapi teorinya menjadi rujukan di Indonesia. Fakta yang cukup mengagetkan adalah kita lebih senang mengadopsi pandangan atau paham-paham pendidikan yang sumbernya malah bukan dari bangsa sendiri. Memang sah – sah saja apabila kita berbicara dan berusaha menerapkan teori yang berasal dari praktisi pendidikan asing dalam dunia pendidikan kita. Akan tetapi sebagai orang Indonesia, bukankah lebih sesuai dengan hasil pemikiran bangsa sendiri. Kalaupun mengamb