Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Wong Jawa Hilang Kejawaannya

Berbicara Wong Jawa pasti pikiran dan asumsi kita menggambarkan orang-orang dengan ciri khasnya yang halus dan lemah lembut. Namun, Jawa sebenarnya tidak hanya terbatas pada ciri itu saja. Pulau Jawa yang membentang di selatan kepualuan nusantara ini juga memiliki beragam corak. Wilayahnya terbagi menjadi 5 propinsi yaitu Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kepadatan penduduknya tertinggi yaitu 60% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Kelompok etnik yang ada meliputi Sunda, Jawa, Tengger, Badui, Osing, Banten, Cirebon, dan Betawi. Jawa sendiri jika ditilik dari budayanya terbagi menjadi 4 wilayah budaya utama: sentral budaya jawa (kejawen) di bagian tengah, budaya pesisir Jawa (pasisiran) di pantai utara, budaya Sunda (Pasundan) di bagian barat, dan budaya Osing (Blambangan) di sisi timur. Budaya Madura terkadang dianggap yang kelima, karena erat hubungannya dengan budaya pesisir Jawa. Begitu pula dengan budaya Bali. Sering kita men

Nasihat Konfusianisme Dalam Politik Pemerintahan

Ajaran politik di China atau yang sekarang kita kenal dengan Republik Rakyat Tiongkok/Tionghoa banyak dipengaruhi oleh kearifan lokalnya. Watak bangsa China tidak berubah dari ajaran kebijaksanaan yaitu konfusianisme yang telah berkembang selama 2000 tahun. Ajaran Sang Maha Guru tersebut bisa disimpulkan menjadi beberapa hal diantaranya yang menjadi larangan yakni tidak bersedia melihat segala sesuatu sebagai yang benar satu-satunya, ia pantang bersikap keras kepala, dan sikap mementingkan diri sendiri. Hal-hal yang menjadi pokok ajaran Maha Guru masih terus dibawa oleh pemimpin-pemimpin negeri tirai bambu. Berkaitan dengan ajaran konfucu mengenai tata negara bisa sedikit tergambarkan dari beberapa percakapan berikut ini. Seseorang menteri kerajaan pernah bertanya kepada Maha Guru. “Bagaimana cara mengatasi pencuri yang merajalela?” Maha Guru menjawab, “bila kamu bebas dari rasa ingin memiliki, mereka tidak akan mencuri, sekalipun engkau bayar mereka untuk perbuatan itu.” Mungkin

Pendidikan : Apakah Cara Efektif Mengajarkan Moral?

“Kekayaan dan pangkat memang diinginkan setiap orang. Tapi, bila itu hanya membawa pemiliknya menuju jalan kesengsaraan, lebih baik ditinggalkan saja. Kemiskinan dan kejelataan adalah hal-hal yang harus dijauhi. Namun, apabila tak membawa kamu ke jalan yang rusak, terimalah” (Maha Guru) Pendidikan dengan berorientasi title dan ijazah adalah sebuah permasalahan baru. Penggemblengan yang menjadikan seolah-olah title dan ijazah adalah segalanya dibandingkan makana pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan menjadi sempit yang tidak mencerdaskan malah membodohi secara halus. Akibatnya ajaran moral tak pernah didapatkan selama proses pendidikan berlangsung. Agama, karakter, dan budi pekerti hanya menjadi bagian mengejar title dan ijazah karena orientasi nilai. Bukan pada bagaimana pendidikan termasuk didalamnya agama, karakter, budi pekerti yang membentuk moral sehingga memperbaiki individu yang belajar. Title  yang diberikan karena ujian pada tingkatan-tingkatan tertentu. Ijazah pa