Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Wong Ndeso Lebih Dulu Kenal "Drive-Thru"

Membaca judul di atas tentu banyak menimbulkan pertanyaan. Pertanyaan dimana ada hubungan drive-thru yang notabene gaya pelayanan masa kini dengan kehidupan wong ndeso . Orang Indonesia ngertinya drive-thru yang asal mulanya diperkenalkan di Amerika sekitar tahun 40’an dengan istilah drive through (kendaraan lewat). Sebuah pelayanan pesanan langsung sampai dan barang diterima dengan cara si konsumen cukup menunggu di kendaraannya. Awalnya drive through memang hanya untuk transaksi di jalan seperti tol, kemudian merambah ke bisnis kuliner dan berbagai penyedia jasa. Berkembang seiring manusia yang sudah hidup dalam dunia instan dimana waktu sangat berharga. Kita pun sebagai orang nusantara juga sudah diperkenalkan dengan sistem ini. Kita sedang dipengaruhi untuk hidup tidak bisa sedikit santai yang orang jawa katakan alon-alon (nganggo) waton (supayane) kelakon . Sampai dalam hal sekecil memesan makanan haruslah cepat dan instan. Beberapa waktu lalu saya pernah ngobrol dengan s

Sluku-Sluku Bathok Dalam Konteks Kekinian

Sluku-sluku bathok Bathoke ela-elo Si romo menyang Solo Oleh-olehe payung motha Mak jenthit lolo lobah Wong mati ora obah Nek Obah Medeni Bocah Nek Urip Goleko Duit Sluku-sluku bathok adalah tembang Jawa yang sengaja diciptakan bukan sekedar panglipur tetaapi juga panuntun . Sama halnya tembang Jawa lain seperti Lir-ilir ciptaan Susuhunan Kalijaga. Sluku-sluku Bathok juga salah satu tembang dalam dakwah walisanga yang menurut berbagai sumber diciptakan oleh Susuhunan Giri. Sudah banyak yang mencoba memaknai syair ini dan menghubungkannya dengan konteks kehidupan. Saya disini hanya kembali menegaskan tentang tembang yang sejatinya memiliki makna membersihakan hati agar kekuatan sirr atau nurani itu yang senantiasa menemani dalam kehidupan. Pada awal syair terangakai kata berbunyi sluku-sluku bathok . Ada yang mengartikan berkaitan dengan bathok sebagai kepala. Tetapi salah satu sumber menyatakan sluku-sluku bathok ini berasal dari bahasa Arab yang terucap den

Sakral Dituduh Porno

Ketika akan menulis dengan judul ini saya sempat berpikir berulang kali. Barangkali kata porno bagi sebagian pembaca bisa jadi kontoversial. Sakral dan porno sesuatu yang sangat kontras. Sakral memposisikan makna menuju kesucian sementara porno istilah yang berhubungan dengan ketidakpantasan. Porno adalah sebuah istilah yang awal mulanya menunjuk sebuah tempat di Yunani kota Porne . Di sana terdapat kuil Aprodhite dimana menjadi tempat pelacuran pada masa yang lalu. Maka munculah istilah porno sebagai sebuah bentuk pelacuran. Porno dan pornografi lebih banyak dipahami sebagai sisi visual seksualitas, erotisme, ataupun cerita yang mengumbar sebuah gambaran keintiman hubungan. Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi salah satu toko buku di Jogja. Niat dalam hati hanya ingin melihat buku-buku tentang budaya siapa tahu ada yang cocok untuk menambah koleksi. Ketika sedang memilih deretan buku di etalase, tidak sengaja mendengar obrolan dua pengunjung yang posisinya sekitar satu meter

Ngelmu dan Ilmu

Ngelmu dan ilmu dalam sudut pandang masyarakat jawa memiliki perbedaan yang mendasar. Walaupun dalam keseharian kita memahami keduanya menujuk pada makna yang sama. Ngelmu terkadang dipandang sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu. Barangkali belum banyak yang memahami mengenai istilah ngelmu atau malah salah paham dengan istilah tersebut. Beberapa pendapat ahli juga menyatakan ngelmu adalah hasil gubahan pengaruh Bahasa Arab yang sama bermakna ilmu karena di Jawa sebelumnya menggunakan istilah kawruh . Hal ini berkaitan dengan tata bahasa jawa baru tetapi ngelmu dan ilmu akan saya coba kupas denga sudut pandang jawa yang lain. Sekitar satu tahun yang lalu teman kuliah sekaligus rekan diskusi saya pernah bercerita hal yang tidak biasa. Namanya Sarwono. Semenjak saya mengenalnya memang orang yang nuwani dalam bertutur dan bertingkah laku. Suatu malam saat kami ngopi bersama sambil diskusi ia menanyakan tentang permasalahan pendidikan yang

Rich Belum Kaya, Young Tidak Lagi Muda

Kelas 4 sekolah dasar sekitar tahun 2002 saya mulai kenal dengan internet. Perkenalan saya dengan internet tidak begitu mesra. Waktu itu saya belum berani bertatap muka langsung dengan internet. Ibarat pertemuan pertama masih dicomblangin belum berani kenalan sendiri. Salah satu pengajar SD memperkenalkan kami dengan internet. Saat itu kelas kami dibagi menjadi 4 kelompok setiap kelompoknya terdiri 5-6 orang. Perintahnya sederhana diminta menuju warung internet kemudian membuka www.google.com dan kita bisa menemukan apapun di sana. Bagi anak-anak usia 9 tahun saat itu memang internet sangat mengangumkan. Apalagi saya yang notabene wong desa melihat saja sangat luar biasa. Tetapi walaupun saya orang desa tahun ‘98 saya sudah jago pegang komputer. Pengetahuan tentang perangkat komputer saya dapatkan saat tetangga yang kontrak kios di sebelah rumah memiliki rental komputer. Setiap pulang sekolah selalu nimbrung ke rental tersebut. Kang Icha pria asal Kalimantan yang pertama kali memb