Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Persamaan Bukan Penyamaan

Persamaan itu hanya menyama-nyamakan atau benar-benar membuat sederajat? Bolehkah dalam persamaan ada bagian yang tidak sama? Pertanyaan-pertanyaan ini kadang muncul di wilayah emansipasi. Emansipasi dalam arti-arti yang terpaku urusan gender. Dalam konteks matematis ada namanya persamaan kuadrat. Persamaan kuadrat disusun dari akar-akar persamaan kuadrat. Akar-akar menduduki nilai peubah yang memenuhi persamaan kuadrat tersebut. Hanya seperti itukah persamaan dalam hal gender selama ini. Bahwa perempuan menduduki akar-akar persamaan kuadrat dalam memenuhi nilai yang sama dengan laki-laki sebagai analogi persamaan kuadrat. Gender sebenarnya menunjukkan apa? Mengapa harus menuntut persamaan? Gender jika dilihat dari maknanya merujuk pada hubungan sosial yang berdasar deferensi seksual. Maka jelas adanya pembeda laki-laki dan ada perempuan. Tentu keduanya memiliki peran dan kodrat masing-masing. Namun pola hubungan keduanya tidak saja pada unsur kebutuhan biologis seksualitas semat

Indonesia Belajar

Di dunia ini kita dihadapkan pada masalah-masalah yang menunggu untuk diselesaikan. Urusan-urusan yang satu per satu harus ditindaklanjuti. Bagaimana memaknainya sebagai suatu nikmat, ujian, atau peringatan menjadi dimensi pemahaman yang membutuhkan perenungan. Istilah filosofi    eneng, ening, eling   dan   awas   sudah begitu melekat pada kehidupan masyarakat jawa nusantara.    Eneng   ini upaya untuk berdiam meresapi hingga ke kedalaman makna peristiwa yang kita hadapi. Tidak cukup itu saja tahapan bagaimana   eneng   dengan tetap   ening   (bening), menjernihkan pikiran dan hati disertai   eling   dan   awas . Disanalah menjadi rangkaian proses dalam belajar. Belajar dimana tidak saja hanya sebagai hasil tetapi proses pemahaman substansi hingga membuahkan hasil. Hasil berkaitan dengan prilaku dan pekerti. Hasil inilah yang bisa berwujud mental dan karakter. Jadi kalau mau direvolusi jangan mentalnya, mental itu sudah hasil dari sebuah proses. Menganalisa pendidikan di Indonesi

Warga Negara Internet?

Internet ini dunia semu, wilayah maya, atau bisa juga disebut dimensi arupadhatu . Dalam artian sederhana bahwa disana merupakan ruang global yang tidak nyata tetapi menghubungkan milyaran manusia tanpa ada batasan. Kelemahannya pada bentuk tidak terjadinya kontak langsung. Dalam ilustrasinya ada jaring-jaring khayal yang sangat memungkinkan untuk saling mengakses. Walaupun proteksi-proteksi sengaja diciptkan tetapi pusat dari seluruh server di muka bumi ini jelas akan bisa membongkarnya. Judul warga negara internet adalah bentuk keseriusan untuk mau menelaah, mengkaji, dan menelusuri khasanah pemahaman terhadap negara itu sendiri. Tidak melulu membicarakan sistem tetapi juga merumuskan fungsi yang sebenarnya. Setidak-tidaknya anda dan saya tahu negara itu apa dan warga negara itu siapa. Karena belakangan ini kita semakin sulit mendapati tinjauan-tinjauan dan pemaknaan yang tepat pada kedua kata tersebut. Kita hidup pada bentuk jasad yang nyata tampak. Berangkat dari pemahaman p

IMAJINAJISKU

“Aku sudah siap ikut cangkeman !”, itulah hal yang sempat terbersit dalam pikiran. Mulut rasanya selalu berjaga-jaga enggan melewatkan gambaran yang ditangkap mata dari seluruh sudut sempurna bola bumi untuk ikut-ikut mengomentari. Semakin banyak kata-kata yang sejatinya sangat erotis entah itu terbungkus retorika indah, kalimat puitis yang manis, atau mantra yang seolah menghipnotis. Semakin sulit mengontrol diri untuk menahan segala ungkapan-ungkapan, pikiran, perasaan yang seharusnya menjadi aurat pribadi tetapi entah disengaja atau tidak malah mengumbarnya secara serampangan. Kalau tidak ikut cangkeman takutnya ya tidak kebagian. Kalau tidak banyak omong nanti kalah terus dan jadi omongan. Kalau tidak berpendapat takut dipandang tidak hebat. Alasan-alasan yang kemudian muncul seolah menjadi pembenaran dalam keseharian. Berbicara dan berkoar sudah tidak dalam rangka menyampaikan kebenaran, menguji kebenaran, dan memandang kebenaran-kebenaran lainnya tetapi hanya agar disebut p