Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Kere Ngambrukake Bale

Setiap hari ada saja kabar aneh-aneh terjadi di sekeliling kita. Termasuk kabarnya kere-kere yang masih bisa tertawa di keadaan yang serba terhimpit. Tawa kebahagiaan yang tulus bentuk kebersamaan sesama kere. Bagi saya kere tidak masalah. Kere itu tidak memalukan, kere juga tidak butuh bantuan dan santunan. Yang selama ini dapat bantuan dan santunan kan yang miskin dan tidak mampu. Kalau ada yang tanya, bukannya kere, miskin, dan tidak mampu itu sama saja? Jawabannya berbeda. Walaupun ada paribasan kere munggah bale yang bisa dimaknai naik kelas dari hidup kecingkrangan menjadi berkecukupan (OKB), kere tidaklah seperti itu. Kere itu malah jauh dari keinginan munggah bale . Sementara miskin dan tidak mampu ini hidupnya kekurangan dan merasa kurang. Contohnya malah bukan rakyat atau wong cilik tetapi seringnya penyakit kekurangan dan merasa kurang ini menyerang para pejabat dan konglomerat. Bukti sederhananya siapa yang suka korupsi, ngecu , maling duitnya orang kecil? Sudahlah
Ndonya iki opo-opone uwis sarwo diatur, nek kowe dewe sing ngatur jelas wes bubrah langkrah kabeh kukut seko ndonya. Ndherek kersaning Gusti kuwi dalan sing paling kepenak.. Ngono wae kok bingung jempalikan nyroboti liyane.. Oalah thole-thole cah bagus, genduk-genduk cah ayu..

Negara Bangsa (Part II) : "Negara Setengah Bercanda"

Orang hidup itu harus bisa bercanda kalau tidak bisa mending mati saja. Kira-kira seperti itu hidup ini karena manusia pastilah membutuhkan yang namanya penghibur dan panglipur . Tetapi ada lho hiburan yang malah sama sekali tidak menghibur, seperti bercandanya negara. Mengurus negara dan mengelola segala sumber dayanya itu tidak sekedar khayalan yang ditempatkan pada kenyataan. Perencanaan dan konsep harus matang. Jadi, kalau hanya rumangsa bisa dan gembelengan tanpa kemampuan yang mumpuni sangatlah berbahaya. Pengelola dan pengurus negara itu seharusnya memiliki spesialisasi-spesialisasi kemampuan tidak hanya profesional di satu bidang saja. Maka yang merasa bisa mengelola akhirnya nampak seperti orang bercanda tetapi tidak menghibur sama sekali. Tentu bukan jayuz atau garing karena bercandanya ini masih bisa membuat tertawa kalangan tertentu. Negara adalah istilah untuk komunitas besar menyatakan bentuk tertentu. Jika membicarakan negara kita ini dilimpahi wilayah sangat luas,

Negara Bangsa

     Kalau harus menulis menceritakan suatu hal atau perkara yang tidak ada habisnya maka ambilah tema negara. Banyak yang kita bisa temukan termasuk jika mau bertanya, “apakah membentuk negara itu suatu langkah yang tepat?”    Negara dalam pemahaman kita selama ini yaitu wilayah dengan penduduk dan pemerintahan berdaulat serta mendapatkan pengakuan dari negara-negara lain. Kalau mau memikirkan dengan logika, negara ternyata juga muncul dari anggapan-anggapan. Karena salah satu tujuan negara sendiri adalah mengorganisasikan untuk memudahkan. Jika digambarkan awal mulanya sekelompok manusia memiliki kebiasaan yang akhirnya berbentuk budaya dimana ada seorang tokoh. Maka ketika diformalkan budaya itu melahirkan tata kelola landasan negara sementara tokoh beserta pengabdinya adalah kepala negara dan pemerintahan. Dari situlah muncul anggapan negara yang asalnya mungkin dari suku, koloni, atau komunitas. Sehingga kalau rumah tangga itu diasumsikan sebuah negara maka seorang ayah bisa di

Zaman Sudah Berganti Gembelengan

Zaman saat ini menyuguhkan sebuah lingkungan keblingeran massal. Dunia baru yang sedang kita hadapi adalah dunia kesan. Hal-hal yang menyangkut eksistensi individu menjadi tujuan utama. Orientasi berpikir personal saat akan mengejar satu tujuan terganggu dengan implikasi berkelanjutan. Misalnya, ada yang berkeinginan kuat untuk menjadi ahli di bidang teknologi perkapalan. Pada awalnya orang tersebut belajar untuk menguasai ilmunya tetapi belum selesai belajar pikiran dan nafsunya sudah melampaui batas. Berangan-angan ketika sudah menjadi ahli bisa terkenal, mendapat uang melimpah, hidup berkecukupan, dan seterusnya sampai dunia pun akan dikuasai. Nah, inilah ketika zaman sudah berganti arah bahwa kesan adalah tujuan utama. Perhatian-perhatian hanya pada kepentingan pribadi yang sifatnya manfaat sempit. Bila kita kembali pada sejatinya hidup hanyalah menjalani kehendak maka ketika kebutuhan kita ingin memahami suatu ilmu maka keinginan-keinginan yang lain buanglah seketika atau simp

Tidak Ada, Murid Jeruk Makan Guru Jeruk

Seringkali kita mendengar istilah jeruk makan jeruk yang bermakna memiliki kemampuan atau jenis yang sama. Saya pernah mendengar dalam sebuah forum seminar seorang pembicara berkata, “untuk jadi guru sekarang harus punya pendidikan yang lebih tinggi dibanding muridnya kalau tidak mau dibilang jeruk makan jeruk.” Dari pernyataan tersebut ada beberapa hal yang patut kita soroti. Pertama, guru telah menjadi istilah yang mengalami penurunan dan penyempitan makna. Kedua, status pendidikan tidak bisa dijadikan patokan seorang guru. Ya, guru sudah sangat sempit maknanya kalau kita  menggunakan sudut pandang era sekarang ini. Guru sudah diprofesikan sehingga menjadi guru itu cukup dengan sertifikat sebagai bukti. Diperparah bahwa pemahaman guru itu sebagai sosok yang mengajarkan. Padahal sesama manusia itu masih sama-sama belajar. Di dalam diri manusia ada guru sekaligus murid, terkadang bisa menjadi sumber belajar dan terlampau sering menerima sesuatu dari berbagai sumber lain untuk bela

Celana “Lepis” dan Belajar Makna Profesional

Saya tertarik mengangkat masalah profesional  tetapi  bedanya ini dari sudut pandang awur-awuran Berawal dari keisengan saya ingin membuat perbandingan untuk menjelaskan profesional dari sudut pandang yang sederhana maka saya menganalogikan celana lepis. Celana lepis merupakan istilah untuk menyebut jenis celana berbahan jeans. Lepis sendiri adalah ejaan ala orang jawa ndeso dari merk jeans kenamaan asal paman sam levis. Levis dari nama sang penemu Levi Strauss yang pada awalnya menemukan jenis bahan denim lalu berkembang ke blue jeans. Kalau di Indonesia ya memang pantasnya lepis selain sesuai lidah juga menunjukkan kalau barangnya kebanyakan kw. Celana jeans sendiri pada awalanya adalah style untuk kalangan pekerja tambang karena bahanya kuat dan barulah muncul di film peternak pada masa yang lalu atau kita kenal dengan cowboy. Namun, seiring perkembangan zaman celana ini malah jadi trend mode busana segala kondisi. Berlanjut ke masalah definisi dari profesional. Profesional me