Langsung ke konten utama

Cari Orang Baik atau Benar?

Ia Yang Berlogika

Ia manusia
Sudah lupa asal usulnya
Ia manusia
Tidak ingat kemana akhir perjalanannya

Terkadang sadar tinggal di mana
Ia manusia
Menelongok ke atas menginjak bawahnya
Ia manusia

Ia lupa tinggal di mana
Manusia melawan sesama manusia
Ia singa di ladang emas
Manusia menginjak sesama manusia

Kamu benar
Ia manusia yang salah
Kamu punya logika
Ia manusia tidak boleh disalahkan

Ia manusia
Dzat-Nya turun sama rasa sama rata
Ia manusia
Hanya akan mendekati sempurna

Ia manusia
Ia Yang Berlogika...


Kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakat tidak akan pernah lepas dari hal-hal yang hidup di masyarakat itu sendiri. Hal hidup itu yang senantiasa dinamis berkembang terkadang menyenangkan, bisa menyedihkan, dan polemik yang berkepanjangan. Saya, anda, kita semua saat ini tinggal di bumi dan secara universal sama hanya sebagai manusia. Masyarakat yang membuat kesepakatan sendiri dan aturan sendiri dan akhirnya muncul strata. Kemudian manusia sendiri yang melanggar dan menghancurkannya. Mungkin terbersit dalam pikiran kegagalan generasi menjaga hal-hal yang baik sehingga kekacauan terjadi. Loh, lucu ya menyalahkan generasi entah sebelum atau selanjutnya. Kita semua bagian dari generasi, menyalahkan manusiawi tetapi sering menyalahkan itulah letak kesalahan. Salah katakan salah dan benar katakan benar. Lalu apa yang bisa kita lakukan setelah itu? jawabannya BERUBAH! Kalau melakukan salah segera mencari yang benar dan pener. Pener kan istilah Jawa yang mengada-ada. Bukan mengada-ada, pener itu ya yang baik untuk semua, sederhananya benar saja belum tentu baik tapi kalau sudah baik ya pasti benar.
Kalau sudah benar apa mesti perlu berubah? Ya berubah itu untuk berkembang, tidak dangkal orang yang mau berubah itu. Kembali lagi merasa benar untuk dirinya tapi jangan pernah membenarkan untuk orang lain. Kembali lagi benar untuk anda belum tentu baik untuk orang lain. Saiki sing  penting apike kepiye ojo benere kepiye yo Le...
Sedikit mengutip kata-kata Perdana Menteri Inggris Winston Churcil “untuk menjadi lebih baik anda harus berubah, dan untuk menjadi sempurna anda harus sering berubah.” Walaupun manusia tidak ada yang sempurna hanya saja mendekati kesempurnaan itu harapan. Trus bagaimana itu? Ya yang penting enggak nyari benernya sendiri. Fastabiqul Khairat ya berlomba-lomba dalam kebaikan bukan berlomba-lomba menjadi yang merasa paling baik. Tidak perlu merasa paling baik, toh kodrat manusia hanya mendekati sempurna karena sempurna hanya milik Tuhan.
Bhinneka Tunggal Ika menjadi semoboyan di lingkungan kita. Semboyan ini sekali lagi cita-cita bangsa yang masih harus diwujudkan. Berbeda-beda namun tetap satu jua, berbeda itu dengan perbedaanya untuk kebaikan tanpa menyalahkan pihak lain yang berbeda. Tidak boleh merasa paling benar. Mendekati sempurna itu berarti sadarilah bahwa  orang lain juga tidak ada yang sempurna tidak perlu menyalahkan. Tetapi ketika melihat kesalahan silahkan dibenarkan dengan cara yang baik, tetapi buka memaksakan kebenaran menurut anda sarankan saja biar kebenaranyang hakiki bisa ia peroleh sendiri dari pengalaman hidupnya. Kecuali anda tidak hanya sekedar menyarankan yang baik tetapi membimbing dan memberi bantuan. Contoh ada orang nyolong melarikan diri dan jatuh kecelakaan sampai ke rumah sakit dan masih berurusan dengan penegak hukum. Ya tidak usah menyalahkan dan mengungkit-ungkit kesalahan dan menghubungkan dengan kejadian kecelakaannya. Gunakan “Humanisme” disini penjahat juga manusia, mungkin ia jahat karena belum sejahtera. Maka kalau anda lebih sejahtera berbuatlah untuk orang lain yang belum sejahtera agar tidak terjadi kejadian serupa. 
Mengambil hikmahnya bukan pada si penjahat saja, melihat yang jahat logika hikmah juga harus ada. Sekali lagi ini hanya logika pikir manusia yang tidak sempurna, dan kebaikan dalam diri manusia juga fluktuatif. Kembali lagi pada manusia supaya ingat asal usulnya dan kemana kita akan kembali. Tidak ada salah mutlak tidak ada benar mutlak, kebaikanlah yang seharusnya mutlak. Tidak perlu saling menyalahkan tidak perlu saling menindas, kita yang membuat aturan dan kesepakatan laksanakan dengan sebaik-baiknya. Sekali lagi ini logika semoga memang berasal dari hati nurani.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngelmu dan Ilmu

Ngelmu dan ilmu dalam sudut pandang masyarakat jawa memiliki perbedaan yang mendasar. Walaupun dalam keseharian kita memahami keduanya menujuk pada makna yang sama. Ngelmu terkadang dipandang sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu. Barangkali belum banyak yang memahami mengenai istilah ngelmu atau malah salah paham dengan istilah tersebut. Beberapa pendapat ahli juga menyatakan ngelmu adalah hasil gubahan pengaruh Bahasa Arab yang sama bermakna ilmu karena di Jawa sebelumnya menggunakan istilah kawruh . Hal ini berkaitan dengan tata bahasa jawa baru tetapi ngelmu dan ilmu akan saya coba kupas denga sudut pandang jawa yang lain. Sekitar satu tahun yang lalu teman kuliah sekaligus rekan diskusi saya pernah bercerita hal yang tidak biasa. Namanya Sarwono. Semenjak saya mengenalnya memang orang yang nuwani dalam bertutur dan bertingkah laku. Suatu malam saat kami ngopi bersama sambil diskusi ia menanyakan tentang permasalahan pendidikan yang

Nasihat Pendidikan Orang Jawa

    Sekarang ini teori-teori pendidikan dapat dengan mudah kita cari. Media cetak tidak terbatas bahkan jika berbicara media elekronik dengan pointer, sentuhan jari, dan isyarat kata saja puluhan bahkan ribuan susunan kalimat dari para ahli dapat kita baca. Sebut saja Ki Hadjar Dewantara, putera bangsa perintis pendidikan Indonesia dengan teori trikon (kontinyu, konvergen, konsentris) yang sangat visioner. Nama-nama pencentus pendidikan revolusioner seperti John Dewey, Freire, Michael Fullan yang notabene bukan orang pribumi tetapi teorinya menjadi rujukan di Indonesia. Fakta yang cukup mengagetkan adalah kita lebih senang mengadopsi pandangan atau paham-paham pendidikan yang sumbernya malah bukan dari bangsa sendiri. Memang sah – sah saja apabila kita berbicara dan berusaha menerapkan teori yang berasal dari praktisi pendidikan asing dalam dunia pendidikan kita. Akan tetapi sebagai orang Indonesia, bukankah lebih sesuai dengan hasil pemikiran bangsa sendiri. Kalaupun mengamb