Langsung ke konten utama

Herbal: Sugesti Alam Yang Menyehatkan

Jauh sebelum ada profesi ahli kesehatan dengan sebutan dokter, kemudian tempat yang disebut rumah sakit, dan obat-obatan kimia, bagaimana orang-orang pada masa itu mendiagnosa penyakit dan mendapatkan pengobatan yang tepat? Pertanyaan tersebut sebagai gambaran dunia pengobatan dan kesehatan yang selalu berkembang. Nusantara di masa silam tidak dipungkiri memiliki peradaban yang tinggi termasuk dalam bidang kesehatan. Bentuk-bentuk perawatan seperti pijat, jamu, tanaman herbal dan ahli pengobatan seperti tabib maupun tanca telah ada. Terbukti sampai saat ini pijat dan jamu tetap eksis diantara pengobatan yang modern dengan teknologi mutakhir.
Apabila menengok sedikit di masa walisongo jilid pertama yang merupakan utusa-utusan syiar dari kerajaan Rum (Iran) terdapat utusan yang memang ahli pengobatan yaitu Maulana Iskak. Kemudian pada era Majapahit saat Brawijaya V mengalami suatu penyakit kelamin, ahli pengobatan istana menyarankan untuk menikahi seorang gadis dari Champa. Peristiwa ini bukan berarti makna yang sesungguhnya walaupun akhirnya memang menikah dengan seorang putri dari kerajaan Champa. Champa (Vietnam) adalah wilayah yang berdekatan dengan wilayah Tiongkok. Tidak lain maksudnya adalah ada pengobatan di wilayah tersebut yang bisa mengobati penyakit raja, bisa kita kenal umum saat ini dengan jamu sin she (Traditional Chinese Medicine).
Gambaran diatas merupakan sedikit contoh untuk masuk lebih jauh ke dunia pengobatan nusantara. Jadi rasanya kalau saat ini terjadi sebuah trend obat herbal itu bukan sesuatu yang mengejutkan. Herbal berasal dari tanaman-tanaman obat yang tumbuh subur di daratan nusantara sebagai wilayah tropis yang memiliki vegetasi beragam. Kita sering membaca tiap-tiap daerah di Indonesia ini memiliki cara pengobatan yang unik dan khas dengan bahan dari alam sekitar. Dari sudut pandang apapun memang kita memiliki kekayaan yang sangat potensial termasuk bahan obat-obatan. Trend herbal sebenarnya bentuk sudut pandang saja terhadap peristiwa dunia kesehatan yang akhir-akhir ini mencuatkan kembali pengobatan-pengobatan non-medis.
Medis dan non-medis ini dalam perkembangannya mengakibatkan adanya sebutan pengobatan alternatif. Kalau coba dimaknai ulang tentu pengobatan non-medis bukanlah alternatif. Memang yang terjadi alternatif sering digunakan untuk mengelompokkan pengobatan di luar penanganan dokter dan rumah perawatan. Lagi-lagi perbedaan sudut pandang istilah bahwa sebenarnya jati diri pengobatan kita adalah hal-hal yang berhubungan dengan bahan-bahan alami. Sehingga herbal itu bukan trend, herbal hanyalah bentuk kita kembali kepada kebiasaan lama kita. Hal ini tidak dipungkiri karena efek samping dari obat-obat herbal dinilai lebih aman dibandingkan dengan obat-obatan kimia dalam jangka waktu konsumsi yang lama. Maka yang sebenarnya alternatif itu adalah medis dimana hadir lebih sebagai perkembangan dari pengobatan gaya lama.
Dalam pengobatan herbal pun sebenarnya sudah mengikuti perkembangan teknologi karena deteksi terhadap suatu penyakit sudah dengan alat-alat modern. Herbal hanyalah bentuk terapi dan perawatan yang digunakan dengan menggunakan bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Untuk itu bagi kita tentu tidak perlu menganggap bahwa pengobatan medis dengan obat-obat kimia itu lebih baik atau herbal lebih menyehatkan. Kita bisa bersikap lebih waspada saja yaitu dengan teliti dan jeli dalam memilih jenis pengobatan yang sesuai.
Menjadi hal lumrah ketika orang sakit pasti mencari kesembuhan. Hari ini orang sehat dan terlihat selalu menjaga kebugarannya tetapi bisa saja dalam hitungan hari, jam, bahkan menit selanjutnya tiba-tiba sakit. Ada yang unik di lingkungan keseharian kita. Sebut saja ada yang pusing dan mual-mual, secara umum dikatakan masuk angin. Dengan kerok atau sekedar makan dan minuman panas wedang jahe misalnya, lalu istirahat sudah sembuh. Sementara secara medis mungkin setelah diperiksa ada gejala-gejala sebagai penyakit tertentu. Tetapi dalam kasus penyakit jangan kesampingkan sugesti dari si penderita, karena orang tentu lebih mengenal keadaan tubuhnya sendiri. Kondisi tubuh saat baik seperti apa, lemah seperti apa, dan kekuatan serta kelemahan diri pastinya sudah lebih memahami. Sugesti pusing dan mual diobati dengan kerokan kalau memang sudah yakin karena memang ia merasa akan sembuh pastilah sembuh. Hal lain apabila ia merasa ini bukan sekedar masuk angin maka perlu penanganan lain dan bertanya kepada yang lebih ahli. Disitulah salah satu fungsi medis yaitu sebagai sarana konsultasi dan obat-obatan kimia maupun herbal sebagai proses penyembuhannya. Sehingga obat herbal pun sebenarnya juga perkara sugesti dalam diri untuk kembali prima.
Sugesti memang menjadi kekuatan kesembuhan. Mudah saja melihatnya, misal ketika mendapati kata-kata yang tidak baik ditujukan langsung kepada kita secara personal. Tubuh akan menunjukkan reaksi spontan maupun berkala. Pikiran teralihkan, nafas menjadi tidak teratur, dan sebagainya. Ini sebagai suatu bukti bahwa kita ketika diberi sesuatu yang buruk tidak pantas walaupun sekedar kata-kata menimbulkan reaksi yang beragam. Alangkah lebih baik jika sugesti-sugesti yang sifatnya memberikan semangat dan manfaat untuk diri. Apalagi sugesti itu berupa doa-doa yang memberikan ketentraman batin. Maka bisa saja peristiwa kerokan dilingkungan kita, minum hangat dan duduk bersama adalah bentuk cara untuk saling menyampaikan sugesti-sugesti yang baik kepada yang sedang mendapat sakit.
Menjaga kesehatan dengan cara memahami bagaimana metabolisme tubuh kita masing-masing dan waktu-waktu dimana harus beraktivitas dan relaksasi adalah pencegahan yang baik. Manusia secara kodrat alaminya pun memiliki mekanisme penyembuhannya sendiri, seperti demam adalah upaya tubuh melawan virus yang masuk. Belum termasuk organ penetralisir yang lain dimana aktif bekerja saat ada racun yang masuk utamanya dari makanan. Ya, jadi mengurangi makan itu menyehatkan.
Beralih kepada obat herbal juga bukan hal yang salah asalkan sesuai dengan keadaan tubuh dan mendapat pengawasan dan rekomendasi dari ahli pengobatan yang tepat. Mbah Noto tetangga saya malah unik. Punya konsep penyakit itu diusir alias diupayakan tidak betah lama-lama di diri kita. Lha ngusirnya bagaimana Mbah? Ya di tunggu saja nanti kalau bosan juga pergi sendiri karena bukan merk obatnya tetapi intinya pada yang menghendaki penyakit dan mengizinkan kesembuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngelmu dan Ilmu

Ngelmu dan ilmu dalam sudut pandang masyarakat jawa memiliki perbedaan yang mendasar. Walaupun dalam keseharian kita memahami keduanya menujuk pada makna yang sama. Ngelmu terkadang dipandang sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu. Barangkali belum banyak yang memahami mengenai istilah ngelmu atau malah salah paham dengan istilah tersebut. Beberapa pendapat ahli juga menyatakan ngelmu adalah hasil gubahan pengaruh Bahasa Arab yang sama bermakna ilmu karena di Jawa sebelumnya menggunakan istilah kawruh . Hal ini berkaitan dengan tata bahasa jawa baru tetapi ngelmu dan ilmu akan saya coba kupas denga sudut pandang jawa yang lain. Sekitar satu tahun yang lalu teman kuliah sekaligus rekan diskusi saya pernah bercerita hal yang tidak biasa. Namanya Sarwono. Semenjak saya mengenalnya memang orang yang nuwani dalam bertutur dan bertingkah laku. Suatu malam saat kami ngopi bersama sambil diskusi ia menanyakan tentang permasalahan pendidikan yang

Nasihat Pendidikan Orang Jawa

    Sekarang ini teori-teori pendidikan dapat dengan mudah kita cari. Media cetak tidak terbatas bahkan jika berbicara media elekronik dengan pointer, sentuhan jari, dan isyarat kata saja puluhan bahkan ribuan susunan kalimat dari para ahli dapat kita baca. Sebut saja Ki Hadjar Dewantara, putera bangsa perintis pendidikan Indonesia dengan teori trikon (kontinyu, konvergen, konsentris) yang sangat visioner. Nama-nama pencentus pendidikan revolusioner seperti John Dewey, Freire, Michael Fullan yang notabene bukan orang pribumi tetapi teorinya menjadi rujukan di Indonesia. Fakta yang cukup mengagetkan adalah kita lebih senang mengadopsi pandangan atau paham-paham pendidikan yang sumbernya malah bukan dari bangsa sendiri. Memang sah – sah saja apabila kita berbicara dan berusaha menerapkan teori yang berasal dari praktisi pendidikan asing dalam dunia pendidikan kita. Akan tetapi sebagai orang Indonesia, bukankah lebih sesuai dengan hasil pemikiran bangsa sendiri. Kalaupun mengamb