Langsung ke konten utama

Priyangan

(foto : kampung adat nagawir di rumah Kang Yudi)

Jawa tidak saja jawa di timur, pesisir utara, dan pusat kebudayaan kejawen. Bersatunya barat dan timur untuk dipangku menjadi jawa yang utuh hamangkubhumi. Bhumi alit menuju bhuana ageng (pusat kebudayaan dunia), memang akan segera terjadi. Tantangan dan ujian tidak akan berhenti sejak masa lalu hingga ke-indonesia-an saat ini.  
Sunda kelapa yang sekarang menjadi pusat administrasi sebenarnya hanya gerbang sedekah retribusi dan pemberhentian memantapkan shaf.
Bahwa Padjajaran telah meletakkan puncak dari perjalanan panjang di Galuh. Spirit jiwa yang terus diwariskan maka dikatakan sebagai parahyangan. Sang Hyang lah puncak kesadaran kehambaan manusia jawa. Ter aya daya sareng kakiatan, angingku pitulung Alloh Anu Agung. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngelmu dan Ilmu

Ngelmu dan ilmu dalam sudut pandang masyarakat jawa memiliki perbedaan yang mendasar. Walaupun dalam keseharian kita memahami keduanya menujuk pada makna yang sama. Ngelmu terkadang dipandang sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu. Barangkali belum banyak yang memahami mengenai istilah ngelmu atau malah salah paham dengan istilah tersebut. Beberapa pendapat ahli juga menyatakan ngelmu adalah hasil gubahan pengaruh Bahasa Arab yang sama bermakna ilmu karena di Jawa sebelumnya menggunakan istilah kawruh . Hal ini berkaitan dengan tata bahasa jawa baru tetapi ngelmu dan ilmu akan saya coba kupas denga sudut pandang jawa yang lain. Sekitar satu tahun yang lalu teman kuliah sekaligus rekan diskusi saya pernah bercerita hal yang tidak biasa. Namanya Sarwono. Semenjak saya mengenalnya memang orang yang nuwani dalam bertutur dan bertingkah laku. Suatu malam saat kami ngopi bersama sambil diskusi ia menanyakan tentang permasalahan pendidikan yang...

Nasihat Pendidikan Orang Jawa

    Sekarang ini teori-teori pendidikan dapat dengan mudah kita cari. Media cetak tidak terbatas bahkan jika berbicara media elekronik dengan pointer, sentuhan jari, dan isyarat kata saja puluhan bahkan ribuan susunan kalimat dari para ahli dapat kita baca. Sebut saja Ki Hadjar Dewantara, putera bangsa perintis pendidikan Indonesia dengan teori trikon (kontinyu, konvergen, konsentris) yang sangat visioner. Nama-nama pencentus pendidikan revolusioner seperti John Dewey, Freire, Michael Fullan yang notabene bukan orang pribumi tetapi teorinya menjadi rujukan di Indonesia. Fakta yang cukup mengagetkan adalah kita lebih senang mengadopsi pandangan atau paham-paham pendidikan yang sumbernya malah bukan dari bangsa sendiri. Memang sah – sah saja apabila kita berbicara dan berusaha menerapkan teori yang berasal dari praktisi pendidikan asing dalam dunia pendidikan kita. Akan tetapi sebagai orang Indonesia, bukankah lebih sesuai dengan hasil pemikiran bangsa sendiri. Kalaupu...