Film itu sebuah karya maka cara mengukur kualitasnya tidak lain dari penerimaan masyarakat, kalau bagus diterima kalau jelek ya
sudah bersiap-siap saja tidak mendapatkan apresiasi publik. "Begitupun dengan review ini.. hhe" Ukurannya
sesederhana itu saja sehingga sineas-sineas yang ada di lingkup aktvitas festival
biasannya lebih bebas berekspresi lantaran ia tidak terikat dengan pesanan
pihak tertentu atau terpengaruh genre di pasaran. Ibaratnya dengan budget minim pun film akan tetap dibuat.
Keunggulan film akan jelas tampak pada sisi originalitas dan kekhasan makna yang ingin
disampaikan.
Beberapa bulan lalu saya menyempatkan
nonton film Salawaku. Salah satu film bergenre drama dan petualangan. Film
salawaku merupakan film garapan rumah produksi Kamala Film Production dan
disutradarai oleh Pritagita Arianegara. Durasinya hanya 82 menit, naskah ditulis oleh
Iqbal Fadly dan Titien Watimena.
Kesan saya terhadap film ini berbeda antara
melihatnya di festival dan di theater. Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF)
kalau tidak salah yang pertama kali menayangkan, di kesempatan itu mendapat sambutan luar biasa. Selain sambutan
hangat kepada Istirahatlah Kata-Kata karya Yoseph Anggi Noen dan kontroversinya
film Moammar's Emka Jakarta Undercover. Sayangnya waktu nonton di bioskop, saya
hampir saja jadi penonton tunggal di studio. Waktu itu jadwal pemutaran sore tetapi untungnya setelah 15 menit ada yang datang bergabung (dua orang) dan sampai akhir hanya kami bertiga alias tidak nampak hadirin yang lain. Entah saya tidak mengerti salawaku sepi penonton, mungkin
soal selera atau disebabkan adanya efek "wajib mantengin" salah satu film yang kebetulan tayang bersamaan. Di hari film nasional Salawaku sempat ditayangkan kembali bersama
Atirah (emak), Aisyah, Bulan Di Atas Kuburan dan Tiga Dara.
Labuja ada hati (orang maluku itu baik dan ramah), kesan ini ingin diperkenalkan
melalui alur cerita dalam film. Sebagian besar pasti akan menganggap salawaku
memiliki makna tersendiri tetapi salawaku sebenarnya nama seorang anak. Salawaku adalah nama dari seorang anak
laki-laki yang diperankan oleh Elko Kastanya. Plot cerita dimulai ketika
Salawaku ingin mencari kakaknya Binaya (Raihaanum) di Piru. Ia tidak sengaja
dipertemukan dengan Saras yang diperankan Karina Salim. Saras menggambarkan
anak muda kekinian asal Jakarta dengan hobi nge-trip. Ia sedang berlibur di
Seram, lantaran tersesat bertemulah dengan Salawaku. Saras akhirnya menemani
dalam perjalanan dikarenakan merasa berhutang jasa. Lalu, muncul Kawanua
(J-Flow) yang menyusul setelah mengetahui Salawaku kabur dari kampung.
Berbagai
konflik drama menyertai selama kisah petualangan berjalan hingga akhirnya
bertemu dengan Binaya. Film ini juga memanjakan mata kita dengan setting tempat
yang dipilih, semakin menarik perhatian pula untuk meng-explore Indonesia
Timur. Silahkan juga tonton Labuan Hati karya Mbak Lola Amaria di bulan April 2017 ini, tempat yang
diambil juga tak kalah menarik.
Oke,
saya akan sedikit mengulas isi cerita dan beberapa scene yang menarik. Sesaat
setelah menikmati sunset (rasah dipaido sun is never set) Salawaku, Saras, dan
Kawanua bermalam di pantai tersebut. Kawanua membawa minuman khas semacam tuak
yang ternyata juga dinikmati oleh Saras. Mereka berdua larut dalam percakapan
sampai memunculkan ide sebuah permainan kata, kurang lebih bersautan seperti
ini;
Pulau
seram itu sangat indah...
Indahnya
hidup bila seng ada beban cuma ada cinta...
Cinta
adalah beban...
Memang
hidup penuh dengan masalah...
Permainan
itu berakhir dengan “curhat” diiringi gelak tawa mereka berdua, seolah saling
mengerti keadaan mereka masing-masing. Salah satu tempat menarik berikutnya adalah Air
Terjun Lumoli dimana mereka bertiga berbasah-basahan dan membuat teringat acara
televisi yang ngetrip-ngetrip itu. hha... ning pas mlumpat ora nganggo bengok-bengok.
Film
ini mencoba menaruh pesan tentang selalu ada pilihan dalam hidup melalui
peristiwa didalamnya. Permasalahan yang sering terjadi di lingkungan masyarakat
kita dan memunculkan konflik batin. Norma yang berbenturan serta bagaimana
menjaga martabat sebuah keluarga. Ayah Kawanua adalah seorang Upulatu (orang
terhormat di kampung) maka menjaga nama baik adalah keharusan. Hanya saja ada
kesalahan yang dibuat oleh Kawanua dimana melibatkan Binaya sehingga Binaya
harus pergi dan sembunyi di Piru. Cerita semakin menarik ketika mendengarkan
kisah yang disampaikan Saras. Saras memiliki masalah yang cukup rumit dan hal ini kemudian memberi warna serta rasa yang berbeda dalam penyajian konfliknya. Kejujuran cerita ini mengajarkan, “hidup itu tentang meninggalkan dan ditinggalkan” wedewww... Ya, tetapi nikmatilah karena banyak hal “gokil” yang datang memberi kejutan. Baiklah segitu dulu, kalau ada waktu dan kesempatan nontonlah segera.
Sebagai penutup saya ambil satu lagi makna yang tersurat bahwa kita
tidak pernah tahu dari sebuah rasa penyesalan di masa depan, maka terus lakukan
hal terbaik. Dan sekali lagi, labuja ada hati...
Komentar
Posting Komentar